Sunday, 11 May 2014

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI SUBOSUKAWONOSRATEN

PENDAHULUAN
Latar belakang
Latar belakang penelitian ini adalah atas peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan reformasi pengelolaan keuangan negara. Paket peraturan perundang-undangan tersebut diantaranya adalah: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Terbitnya Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, berbagai peraturan serta perundang-undangan tersebut diatas diharapkan dapat dijadikan landasan yang kokoh bagi pengelola keuangan Negara dalam rangka menjadikan good governance dan clean government.
Penelitian ini menguji Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sitem Akuntansi Keuangan Daerah. Penelitian ini akan menguji pengaruh faktor perilaku organisaional, konflik kognetif dan afektif dalam meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di Pemerintah Daerah SUBOSUKAWONOSRATEN (Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten).
Rumusan masalah

  1. Apakah Faktor Organisasi seperti Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan akan berpengaruh langsung meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ?
  2. Apakah Faktor organisasi seperti dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan dengan variabel intervening dapat meningkatkan konflik kognetif, menurunkan konflek Afektif yang pada gilirannya akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ?
Tujuan penelitian
Menguji pengaruh langsung faktor organisasional seperti (Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan) dalam meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Menguji pengaruh tidak langsung faktor organisasi seperti (Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan) melalui variabel intervening akan dapat meningkatkan konflik kognetif, menurunkan konflik afektif yang pada gilirannya akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Batasan penelitian
  1. Responden penelitian terbatas pada Pengelola Keuangan SKPD Penatausahaan masing-masing Dinas di SUBOSUKAWONOSRATEN.
  2. Variabel dalam penelitian ini terbatas hanya pada faktor keperilakuan saja

Manfaat penelitian
      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak Akademisi dapat memberika kontribusi dalam menambah literatur mengenai Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, bagi Praktisi, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah dalam Implementasi sistem akuntansi keuangan daerah yang transparansi dan akuntabilitas.
TINJAUAN PUSTAKA
tinjauan teori
Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah .
            Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang terdiri atas kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentru. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Output –nya adalah laporan keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian proses ataupun prosedur, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Tahap-tahap dalam siklus akuntansi dimulai dari bukti transaksi, jurnal, posting ke buku besar, membuat neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca saldo, membuat laporan keuangan, jurnal penutupan, dan neraca setelah penutupan. Laporan Keuangan, sesuai dengan siklus akuntansi, setelah penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian disusun laporan-laporan keuangan dengan mengambil data neraca saldo setelah penyesuaian. Berdasarkan neraca saldo setelah penyesuaian maka dibuatlah: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan dalam pasal 239 Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimna telah diubah dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa untuk tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah dengan mengacu pada SAP. Dengan catatan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 tidak mengatur perubahan atas pasal 239 Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Selanjutnya berdasarkan pasal 308 dan pasal 309 Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Mentri Dalam Negreri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Tinjauan penelitian terdahulu
Faktor Keperilakuan Organisasi Faktor
organisasi dalam implementasi sistem ada tiga aspek, meliputi dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan. Faktor-faktor tersebut didefinisikan sebagai berikut (Chenhall, 2004): Dukungan Atasan diartikan sebagai keterlibatan manajer dalam kemajuan proyek dan menyediakan sumber daya yang diperlukan, Kejelasan Tujuan didefinisikan sebagai kejelasan dari sasaran dan tujuan digunakannya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di semua level organisasi, dan Pelatihan merupakan suatu usaha pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mengenai sistem.
Variabel Intervening Konflik Kognitif dan Konflik Afektif
Memaksimalkan konflik kognitif dan meminimalkan konflik afektif Tuckman (1988) menyatakan bahwa variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antar yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Konflik kognitif dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah dan mendorong kea arah perbaikan pengambilan keputusan. Manfaat yang diperoleh dari konflik kognitif berasal dari potensinya untuk menyediakan kesempatan untuk interaksi dengan dialegctical style, berdebat, mempertahankan argument yang memiliki melawan argument lain dalam organisasi (Mitroff dan Emshoff, 1979, Janis, 1982; Swhweiger dan Sandlerg, 1989 dalam henhall, 2004).
Konflik afektif cenderung melibatkan persepsi yang mengancam posisi seseorang di dalam suatu kelompok, pertikaian, frustasi dan firksi antara pribadi seseorang dengan nialai norma yang ada (Petersen, 1983; Ross, 1989 dan Amason, 1996 dalam Chenhall, 2004). Beberapa kasus yang terdapat dalam penelitian Chenhall (2004) mengenai implementasi Activity Based Costing Manajemen, konflik afektif ini berpotensi dapat mengurangi kegunaan ABCM untuk perencanaan produk dan manajemen biaya.
Psikologi kognetif adalah ilmu pengetahuan ilmiah dari psikologi yang mempelajari kondisi, yaitu proses-proses mental yang mendasari perilaku . Psikologi kognetif mempunyai riset dominan yang luas termasuk bekerja dengan memori, atensi, persepsi dan representasi pengetahuan, memberi alasan, kreativitas dan pemecahan masalah (Hartono, 2007).
kerangka konseptual dan pernyataan hipotesis
Model faktor keperilakuan organisasi (pelatihan, kejelasan tujuan dan dukungan atasan) dengan variabel intervening kognetif dan afektif konflik akan meningkatkan Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI SUBOSUKAWONOSRATEN

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM). Penelitian ini akan mengukur pengaruh faktor organisasional meliputi: pelatihan, kejelasan tujuan, dukungan atasan melalui variabel Intervening konflik kognetif dan afektif terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah, dan pengaruh langsung antara faktor organisasional yang meliputi pelatihan, kejelasan tujuan, dukungan atasan terhadap kegunaan Sistem Akuntansi keuangan daerah. Teknik analisis ini menggunakan program Analisis Of Moment Structure (AMOS 16.0)
populasi dan sampel
Populasi penelitian terbatas pada Pengelola Keuangan SKPD Penatausahaan masing-masing Dinas di SUBOSUKAWONOSRATEN
variabel penelitian
klasifikasi  variabel
Penelitian ini akan mengukur pengaruh faktor organisasional meliputi: pelatihan, kejelasan tujuan, dukungan atasan melalui variabel Intervening konflik kognetif dan afektif terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah,
Devinisi Operasional
Variabel Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Faktor organisasional terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah diukur dengan menggunakan 9 item instrument yang dibangun oleh Shield dan Young (1989) dan Shield (1995) yang dimodifikasi.
Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Adapun Kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan dari masyarakat tentang transparansi dan akuntabilitas dari lembaga sektor publik. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dapat berguna untuk mengelola dana secara transparan, ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel
Prosedur pengambilan data
Penelitian ini menggunakan data primer. pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut didistribusikan langsung oleh peneliti kepada responden. Jumlah Kuesioner yang dikirim kepada responden sebanyak 511 kuesioner.
Model dan teknik analisis data

Uji Kualitas Data dan .Uji realibilitas data. Uji kualitas data uji ralibilitas data dilakukan melihat nilai Cronbrach Alpha (α) dari variabel yang diteliti. Pengujian validitas Corelasi Product Moment dengan menggunakan Program SPSS 12,0. Pengujian validitas Corelasi Product Moment dengan menggunakan Program SPSS 12,0. Uji Asumsi Model Asumsi-asumsi untuk terpenuhinya pada pengujian model analisis path atau analisis jalur adalah sebagai berikut: Ukuran sampel. Sampel minimum yang diharapkan dapat kembali minimal 100 eksemplar, sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan untuk analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) Hair et al., (1998). Uji normalitas data. Assesment of normality merupakan output untuk menguji data normal secara multivariate Pendekatan non parametric dikenal dengan resempling (Hair et.al, 1998). Evaluasi Outlier. Mahalanobis distance untuk mengukur data outlier yaitu mendeteksi apakah sekor observasi ada yang jauh berbeda dengan skor centroid .Pengujian terhadap multivariate outlier dievalusi denggan Chi Square. Mahalanobis d-squared digunakan untuk mengukur jarak skor hasil observasi terhadap nilai centroidnya. Hasil pengolahan data dengan AMOS 16.0 . Evaluasi Multicollinearity atau Singularity. Evaluasi Multicollinearity atau Singularity dilakukan melihat determinan matrik kovarian. Pengujian data menggunakan AMOS 16.0.

itu sekedar contoh aja. untuk jurnal aslinya bisa dilihat dan di download   DISINI
Read More