1. Target costing
Target costing adalah salah satu metode yang digunakan dalam
manajemen biaya selama cost life cycle untuk mengelola biaya, terutama dalam
aktifitas desain. Target costing secara khusus dapat diterapkan pada perusahaan
manufaktur karena berkaitan dengan desain dan pengolahan produk.
Target Costing itu sendiri adalah penentuan biaya yang
diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga
produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan.
Target Costing menentukan biaya berdasarkan harga yang kompetitif
sehingga perusahaan yg menggunakan Target Costing harus sering mengadopsi
ukuran-ukuran penurunan biaya yang ketat atau merancang ulang produk atau
proses produksi agar dapat memenuhi harga yang ditentukan pasar tetapi tetap mendapatkan
laba.
Target biaya = Harga kompetitif – Laba yang diharapkan
Dengan demikian Target Costing membuat perusahaan menjadi
lebih kompetitif, dimana Target Costing adalah bentuk strategi umum dalam
industri saat menghadapi persaingan yang sangat ketat dimana perbedaan sangat
kecil di dalam harga dapat menarik perhatian besar konsumen (apalagi barang
yang memiliki subtitusi)
Ada 5 (lima) tahap pengimplementasian pendekatan target
costing :
- Menentukan harga pasar kompetitif
- Menentukan laba yang diharapkan
- Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
- Menggunakan rekayasa nilai (value) untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk
- Menggunakan Kaizen Costing dan pengendalian oprasional untuk terus menurunkan biaya.
Contoh dalam praktek bisnis :
Target costing pada
Honda’s Civic Lesson
Karna meningkatnnya nilai yen dan
meningkatnya persaingan global, Honda menghadapi beberapa pilihan sulit dalam
melakukan desain ulang untuk model Civic tahun 1996,pilihan-pilihan tersebut
sebagian dibantu oleh target costing pada tahap desain.
Baca juga: Analisis Data
Honda mencari cara untuk
memperbaiki Civic dan masih berusaha menurunkan biaya pembuatan mobil tersebut.
Honda menurunkan biaya dengan cara yang tidak menarik perhatian
pelanggan,mencoba untuk menghindari kritik yang mengatakan bahwa pembuat mobil
jepang terlalu jauh dalam usahanya menurunkan biaya mobil dengan cara merubah
model dengan cara yang diharapakan. Untuk menurunkan biaya honda Civic tahun
1996 :
- Mengganti rem cakram belakang dengan rem tombol yang lebih murah.
- Mengganti sistem ‘antilock’ dengan yang lebih sederhana.
- Mengintergrasikan ‘dashboard clock’ kedalam ‘radio display’
- Mengganti engsel bagasi dengan yang lebih sederhana
- Bahan tempat duduk belakang diganti dengan yg lebih murah
- Mendesain tulang bumper dashboard dan suku cadang lainnya,sehingga menjadi lebih murah
- Memasang AC dipabrik untuk menghemat biaya pemasangan.
2. Teori kendala (Theory Of Constrains)
Teori kendala (theory of constrains) adalah salah satu
metode yang digunakan dalam manajemen biaya selama cost life cycle untuk mengelola
biaya produksi. Teori kendalaa (theory of constrains) secara khusus juga dapat
diterapkan pada perusahaan manufaktur karena berkaitan dengan desain dan
pengolahan produk.
Teori kendala memfokuskan pada tiga ukuran kinerja
organisasi : throughput, persediaan dan beban operasinya. tujuan manajemen
dinyatakan dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan
menurunkan biaya operasi.
- Throughput adalah tingkat di mana suatu organisasi menghasilkan uang melalui penjualan.
- Persediaan adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam mengubah bahan baku menjadi throughput
- Beban operasi adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk mengubah persedian menjadi throughput
Berdasarkan ketiga ukuran ini, tujuan manajemen dapat
dinyatakan sebagai meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan dan
menurunkan beban operasi. Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan
persediaan, dan menurunkan beban operasi akan membawa dampak terhadap meningkatnya
kinerja keuangan seperti Laba, Return on Investment , Cash flow
Lima langkah dalam analisis TOC:
- Mengidentifikasi kendala yang mengikat
- Menetukan pemanfaatan yang paling efisien untuk setiap kendala yang mengikat
- Mengelola aliran sepanjang kendala mengikat
- Menambah kapasitas pada kendala yang mengikat
- Merancang ulang proses pemanufakturan ke arah fleksibilitas dan ‘throughput’ yang cepat
Contoh dalam praktek
bisnis :
Sebagai contoh dalam praktek bisnis, asumsikan Confer
Company menambah setengah shift untuk Departemen pengeboran yang menaikkan jam
pengeboran dari 120 menjadi 180 per minggu.
Dengan tambahan 60 jam pengeboran, Confer dapat meningkatkan produksi komponen Y dari 30 menjadi 50 unit, suatu
tambahan 20 unit per minggu (ingatlah bahwa komponen Y menggunakan 3 jam per
unit yang menghasilkan 20 unit tambahan (60/3). Karena komponen Y mempunyai
margin kontribusi per unit sebesar $600, hal ini akan menaikkan throughput
sebesar $12.000 per minggu ($600 x 20). Dengan asumsi bahwa Departemen
Penggerindaan dan Pemolesan dapat menangani kenaikan 20 unit Y per minggu.
Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa penggurindaan mempunyai 80 jam yang
tersedia per minggu dan setiap komponen X dan Y menggunakan 1 jam
penggurindaan. Saat ini, baru 60 jam yang digunakan sehingga kenaikan 20 unit
masih dimungkinkan.
Baca juga: CONTOH PROPOSAL SKRIPSI
Sekarang, asumsikan pemolesan mempunyai 160 jam yang
tersedia. Komponen X menggunakan 2 jam per unit, sedangkan komponen Y
menggunakan 1 jam per unit. Bauran (30X dan 30Y) menggunakan 90 jam saat ini.
Untuk menaikkan produksi Y sebanyak 20 unit, diperlukan tambahan 20 jam yang
tentu saja masih memungkinkan. Jadi, beralih dari bauran .30 unit X dan 30 unit
Y menjadi bauran 30 unit X dan 50 unit Y dapat dilakukan. Apakah menambah
setengah shift menguntungkan? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh dengan
membandingkan biaya penambahan setengah shift dengan kenaikan throughput
sebesar $12.000 per minggu. Jika biaya penambahan setengah shift adalah $50 per
jam, maka biaya tamhahannya adalah $3.000 per minggu dan keputusan menambah
setengah shift tersebut adalah tepat.
EmoticonEmoticon